Selasa, 31 Agustus 2010

Joris Lilimau Pendidik Suku Hoaulu

A PONCO ANGGORO/HARIAN KOMPAS
Tak ingin semangat belajar anak-anak mengendur, Joris mengeluarkan uang dari kocek pribadi guna membeli dua papan tulis dengan spidol seharga Rp 300.000.
 
Oleh A Ponco Anggoro
Menjadi guru, ya, harus seperti ini. Di mana pun ditugaskan harus siap.
-- Joris Lilimau
KOMPAS.com - Saat tak ada yang peduli pendidikan bagi Suku Hoaulu, Joris Lilimau tampil berperan. Ia mengenalkan sekolah bagi suku yang tinggal di kawasan hutan Taman Nasional Manusela, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku, itu.
Jumat (30/4/2010) pukul 06.30 waktu setempat, masih terluang waktu satu jam sebelum pelajaran di Sekolah Dasar Kecil Hoaulu dimulai. Namun, para murid sudah datang dan duduk di kelas.
Saat sang guru datang, 30 murid di dua kelas itu mengikuti kegiatan belajar-mengajar, tanpa seorang pun berani mengobrol. Dua tahun lalu, jangan membayangkan antusiasme anak-anak Hoaulu seperti itu.
”Ketika sekolah darurat masih dirintis, tak ada siswa yang mau datang,” kenang Joris.
Saat itu, bangunan sekolah beratap sirap, berdinding batang kayu. Ruang keras kerap kosong. Padahal, masyarakat Hoaulu secara gotong royong selama enam bulan telah membangunnya. ”Kesadaran masyarakat untuk membangun sekolah ternyata tidak serta-merta dibarengi kesadaran para orangtua untuk menyekolahkan anak mereka,” katanya.
Harap maklum, mereka sejak ratusan tahun lalu terbiasa menghabiskan hari-hari dengan berburu atau bekerja di ladang. Pendidikan sama sekali tak dikenal sehingga mereka tidak melihatnya sebagai hal penting. Jadi, meski pendidikan di sekolah itu gratis dan anak-anak tak perlu membawa alat tulis dan berseragam sekolah, tetap saja tidak satu pun anak Hoaulu yang mau sekolah.

Didit Hari Purnomo Pendekar Pendidikan Anak Jalanan

HERU SRI KUMORO/KOMPAS
Sejak berdiri 16 April 1999, Sanggar Alang-Alang (SAA) yang dibidani oleh Didit ini tetap setia pada tujuan awal, yakni menyediakan pendidikan gratis untuk anak-anak jalanan.
 
Oleh Maria Serenade Sinurat
Belajar bukan hanya teori, melainkan soal implementasi. Ini yang dibutuhkan anak jalanan agar tidak kembali ke jalan.
-- Didit Hari Purnomo
KOMPAS.com - Di mata Didit Hari Purnomo (52), pendidikan harus bisa diakses oleh siapa pun, bahkan oleh anak-anak usia belasan tahun yang tak pernah mengenal arti ”rumah” dan kasih sayang. Kesadaran ini memantiknya untuk membentuk Sanggar Alang-Alang, tempat ratusan anak jalanan di Kota Surabaya belajar tentang kehidupan.
Sejak berdiri 16 April 1999, Sanggar Alang-Alang (SAA) tetap setia pada tujuan awal, yakni menyediakan pendidikan gratis untuk anak-anak jalanan. Di SAA, anak jalanan disebut dengan anak negeri.
SAA menjadi rumah tempat makanan, seragam, ruang belajar, dan ruang bermain cuma-cuma bagi mereka. Didit menyebut SAA sebagai pendidikan berbasis keluarga.
Di sanggar, Didit menjadi bapak. Istrinya, Budha Ersa, sebagai mama. Sebanyak 187 anak usia 6-17 tahun di SAA adalah bagian dari keluarga besar. Untuk menggantikan biaya sumbangan pembinaan pendidikan (SPP), Didit hanya menuntut satu hal dari anak-anaknya, yakni bersikap sopan.
Setiap masuk sanggar, anak-anak selalu dalam kondisi bersih. Mereka menyalami dan memeluk satu sama lain dan menghindari kata-kata kasar dan jorok. Bagi Didit, ini bagian dari pendidikan perilaku.
”Jika setiap hari selama sebelas tahun, seorang anak jalanan bisa diajar berperilaku sopan, tentu perilakunya akan berubah,” ujar pensiunan pegawai TVRI ini.

Dilarang Puasa di Italia

By Republika 
Saat masyarakat menjalankan ibadah puasa dengan tenang, pekerja muslim di Italia justru dilarang berpuasa selama Ramadan. Larangan tersebut dikeluarkan Komite Keselamatan Kegiatan Pertanian Italia. Mereka mengharuskan pekerja di ladang, termasuk Muslim, untuk tetap makan dan minum selama Ramadhan dengan alasan kesehatan. Jika tak patuh, mereka akan dipecat.

Peraturan itu dikeluarkan di Kota Mantufa, Italia Utara. Serikat Buruh Pusat di negeri tersebut pun menyepakati peraturan tersebut. Mereka beralasan, peraturan berdasarkan rancangan perundangan yang mengharuskan pekerja pada siang hari untuk banyak minum.

Jika mengonsumsi sedikit air di musim panas, maka dapat berisiko terkena bahaya sengatan matahari atau bahaya kekeringan serta mengakibatkan hal-hal yang membahayakan kehidupan. Itu karena cuaca panas yang sangat terik di negeri itu saat Ramadhan, lebih dari 30 derajat Celcius. Mereka menganggap dengan waktu puasa yang lebih dari 16 jam, pekerja akan tidak bertenaga.

Kepingan Fosil Kembali Ditemukan di Gua Pawon

Ngamprah (ANTARA) - Balai Arkeologi Bandung kembali menemukan sejumlah kepingan fosil sisa makanan pada zaman prasejarah dalam kotak ekskavasi baru di Situs Gua Pawon, Desa Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.
Peneliti dari Balai Arkeologi Bandung, Lutfi Yondri mengatakan ekskavasi atau penggalian untuk tujuan penelitian di Situs Gua Pawon akan berlangsung dua pekan, atau berakhir hingga 4 September 2010.
"Penelitian kali ini dilakukan dengan membuat kotak ekskavasi baru. Berbeda dengan kotak yang digunakan pada ekskavasi sebelumnya. Semoga saja temuan ini benar-benar fosil," kata Lutfi Yondri.
Sebelumnya, pada awal Juli, arkeolog dikejutkan dengan temuan juru kunci Gua Pawon, Ecep Suhaya (54). Ecep menemukan ratusan keping tulang serta dua gigi yang diduga fosil manusia purba di lokasi situs.
Jika benar, kata dia, merupakan rangka manusia prasejarah. Dan, temuan tersebut menjadi rangka manusia prasejarah ketujuh yang ditemukan di kawasan Gua Pawon. Namun, temuan itu masih dalam tahap kajian.

Mahasiswa dengan Omzet 80 Juta per Bulan

Penghargaan Shell LiveWIRE
Mahasiswa dengan Omzet 80 Juta per Bulan
Selasa, 31 Agustus 2010 | 22:35 WIB
Ilustrasi: Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada berhasil meraih penghargaan Shell LiveWIRE di ajang Business Start-Up Awards 2010. 
YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada berhasil meraih penghargaan Shell LiveWIRE di ajang Business Start-Up Awards 2010. Melalui bisnis es krim, para mahasiswa ini mampu meraup omzet hingga Rp 80 juta per bulan.
Dari omzet tersebut, Mirza Akbar Andromeda dan Arum Dewi Suci bisa mendapat keuntungan bersih Rp 15 juta per bulan. Dengan menggunakan merek dagang Yogya Ice Cream, Mirza dan Arum telah memiliki 3 karyawan utama dan 250 karyawan di perusahaan mitra.
"Kami memulai bisnis ini dengan modal awal Rp 29 juta," kata Mirza dalam jumpa pers, Selasa (31/8/ 2010).
Keberhasilan dalam menciptakan peluang usaha baru dengan model distribusi kemitraan menjadi alasan utama meraih penghargaan dari PT. Shell Indonesia bekerjasama dengan Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah pada awal Agustus lalu. Mereka memperoleh hadiah berupa uang pembinaan Rp 20 juta serta pendampingan pelatihan selama dua tahun.
Sebelumnya, dua mahasiswa UGM lainnya juga pernah meraih penghargaan serupa. Mereka adalah alumni Fakultas Teknologi Pertanian UGM Nur Kartika Indah Mayasti yang meraih penghargaan dari usaha "Nata de Cassava" dan Alumni Fakultas Pertanian Ridho Arindiko S dengan usaha "Minyak Goreng SAHARA".
Yogya Ice Cream, ujar Mirza, didistribusikan dengan sistem kemitraan bekerjasama dengan sejumlah rumah makan. Produk es krim dengan pilihan rasa cokelat, vanila, durian, mocca, dan stroberi ini tersedia di 15 cabang Jogja Chicken, 5 cabang Waroeng Steak, dan di Festival Kuliner. Sistem pemasaran secara retail juga dilakukan dengan pembukaan outlet di 10 sekolah.

Akademi Penerbangan Mau Jadi Pilot, ke Buleleng Aja!


Aswin Rizal Harahap/KOMPAS
Chief Ground Officer Bali International Flight Academy (BIFA) Tjipto Widodo (kiri) menjelaskan cara menerbangkan pesawat Cessna 172 kepada seorang siswa BIFA di Bandar Udara Letkol Wisnu, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali, Sabtu (7/8). Setelah lulus dari BIFA, mereka akan bekerja sebagai pilot di PT Garuda Indonesia.

KOMPAS.com - "Saya mau jadi pilot," begitu jawaban yang lazim kita dengar dengan intonasi lantang saat bertanya kepada anak-anak mengenai cita-cita mereka. Kesempatan untuk mengemudikan pesawat terbang sambil mengunjungi berbagai tempat menjadi daya pikat terbesar anak-anak.
Sejak kecil saya bercita-cita menjadi pilot. Saya terobsesi mengikuti sepak terjang ayah sebagai pilot.
-- Muhammad Rizky Avian
Begitu pula Muhammad Rizky Avian (26) dan Michael Daniele Papilaya (30) saat kecil. Kini, keduanya berhasil menggapai cita-cita mereka seusai mengenyam pendidikan selama 13 bulan di Bali International Flight Academy (BIFA), Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali.
Mereka bersama 13 calon penerbang lain merupakan siswa angkatan kedua BIFA yang dilantik hari Sabtu (7/8/2010) lalu. Air mata bahagia mengalir di pipi Rizky dan Michael saat wisuda.
Andre Papilaya, ayah Michael, memeluk erat dan mencium kening putra sulungnya berkali-kali. Pencapaian Michael boleh dibilang menerbitkan kembali harapan sang ayah setelah kepergian Patrick (25), adik Michael, tahun lalu.

Sri Utami Guru yang Tak Sanggup Sekolahkan Anaknya


Ilustrasi: Miris nian nasib Sri. Dua puluh enam tahun menjadi guru abdi, tak serta merta membuatnya bisa menyekolahkan sang anak. Hatinya pilu setiap kali melihat puluhan siswa yang diajarnya.

KOMPAS.com - Satu jam sudah Sri Utami berada di gubuk itu menanti hujan reda. Ia harus singgah ke tempat itu agar tak basah kuyup saat menjumpai murid-muridnya di pedalaman Boalemo, Gorontalo, Sulawesi Tengah.
Sejak pindah ke daerah transmigran, anak saya hanya di rumah membantu ayahnya berladang.
-- Sri Utami
Saat hujan turun, Sri baru berjalan sekitar satu kilometer. Masih ada tiga kilometer perjalanan lagi yang menantinya. Perjalanan dengan medan berbukit dan dua sungai.
Begitulah kisah Sri berawal. Gubuk beratap rumbia dan tanpa tempat duduk itu selalu menjadi penolongnya saat kelelahan atau kehujanan. Tak jarang, Sri juga berteduh bersama beberapa ekor kambing yang takut basah.
Sri adalah seorang guru yang mengajar di daerah transmigrasi, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Boalemo, Gorontalo. Bila musim hujan tiba, jalanan licin dan becek menjadi "musuhnya", karena Sri terpaksa menenteng sepatu bututnya agar tak dimakan lumpur.
"Ini sepatu saya satu-satunya dan saya akan lebih membutuhkannya saat musim kemarau tiba," ujar perempuan berjilbab itu tersenyum.
Tak sanggup

Polisi Tanyakan Kronologis Dugaan Pelecehan Paskibra

Polisi Tanyakan Kronologis Dugaan Pelecehan Paskibra
Jakarta (ANTARA) - Penyidik Kepolisian Daerah Metro Jakarta Raya (Polda Metro Jaya) mengajukan pertanyaan kepada orang tua korban terkait kronologis dugaan pelecehan seksual dan tindak kekerasan terhadap anggota Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra).
"Ada 20 pertanyaan terkait kronologis kejadiannya," kata orang tua korban pelecehan seksual anggota Paskibra, Looren Djunaidi di Markas Polda Metro Jaya, Selasa.
Penyidik Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Satuan Remaja Anak dan Wanita (Satrenakta) Polda Metro Jaya memeriksa sejumlah orang tua dan dua anggota Paskibra yang menjadi korban pelecehan seksual.
Polisi meminta keterangan terhadap orang tua korban, yakni Yusuf Ginting, Looren Djunaidi, Wier Ritonga, Rosnani, sedangkan dua anggota Paskibranya, yaitu S dan I.
Looren menyatakan pihaknya melaporkan pengurus Purna Paskibra Indonesia (PPI) dan paskibra senior tahun 2009.

Olimpiade Penelitian Siswa

Wow, Ada 983 Makalah Penelitian Siswa!
Laporan wartawan Kompas.com M.Latief
Selasa, 31 Agustus 2010 | 11:44 WIB
Dok: OPSI 2010
Terdapat 983 naskah penelitian siswa yang diseleksi oleh tim juri OPSI dari beberapa pakar penelitian dan dosen dari berbagai PTN dengan latar belakang ilmu ataupun bidang yang diteliti.
JAKARTA, KOMPAS.com - Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) tahun ini dikelompokkan menjadi tiga, yaitu Kelompok Sains Dasar (matematika, fisika, kimia, biologi), Kelompok Sains Terapan (ekologi, mesin dan eletronika, komputer/informatika, kesehatan, pertanian), serta IPS dan Humaniora (ekonomi dan manajemen, sejarah dan kebudayaan, bahasa dan kesusastraan, pendidikan dan psikologi, sosiologi dan antropologi).
Peran guru sangat penting dalam mendukung motivasi siswa untuk meneliti. Masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki oleh siswa.
-- Moh. Hasroel Thayib
Dari 983 naskah OPSI 2010 yang diterima panitia, terdapat 240 makalah yang masuk dari bidang sains dasar, 472 dari bidang sains terapan, dan 199 dari bidang IPS dan humaniora. Untuk melakukan proses seleksi terhadap 983 makalah itu, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kemdiknas, telah membentuk tim juri yang berasal dari beberapa pakar penelitian dan dosen dari berbagai perguruan tinggi negeri dengan latar belakang ilmu ataupun bidang yang diteliti.
Koordinator juri bidang sains terapan, Dr Moh. Hasroel Thayib mengatakan, secara garis besar penilaian makalah penelitian OPSI meliputi aspek-aspek antara lain keterpenuhan metode ilmiah, keunikan ide penelitian dan kreativitas, peluang aplikasi, orosinilitas, serta kebahasaan.
"Maka, peranan para guru sangat penting dalam mendukung motivasi siswa untuk meneliti. Dari beberapa makalah yang diseleksi, masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki oleh siswa, khususnya metodologi penelitian yang dilakukan masih belum terstruktur," ujar Hasroel kepada Kompas.com, Selasa (31/8/2010), di Jakarta.
Menurut Hasroel, guru harus lebih dulu memberikan pemahaman pada siswa tentang prosedur-prosedut meneliti yang baik. Dia bilang, sampai saat ini masih banyak makalah yang perlu mendapat perhatian khusus para guru, meskipun beberapa diantaranya sudah ada yang cukup baik untuk tataran siswa SMA.
"Namun demikian apa yang sudah dilakukan para siswa yang mengirimkan naskah OPSI ini kita berikan apresiasi yang luar biasa atas keinginan mereka untuk meneliti, ini sebenarnya tujuan utama kita," jelas Hasroel.
Adapun pelaksanaan Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) 2010 telah memasuki tahap awal, yakni proses penyeleksian naskah penelitian. Sebanyak 983 makalah yang diterima oleh Subdit Kesiswaan Direktorat Pembinaan SMA Kementrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) telah diseleksi oleh tim juri pada 20 – 22 Agustus 2010 lalu.

Pendidikan Karakter Diintegrasikan

Selasa, 31 Agustus 2010 | 19:58 WIB
M.LATIEF
Ilustrasi: Para guru yang belum lulus itu masih diberi kesempatan mengikuti ujian sampai dua kali. Namun, bila tetap gagal dalam dua kali ujian akan dikembalikan ke dinas pendidikan masing-masing.
JAKARTA, KOMPAS.com - Pendidikan karakter yang bakal diterapkan di sekolah-sekolah tidak diajarkan dalam mata pelajaran khusus. Namun, pendidikan karakter yang bakal digencarkan dan diberi perhatian khusus dalam praksis pendidikan nasional ini dilaksanakan melalui keseharian pembelajaran yang sudah berjalan di sekolah.
Jadi, pendidikan karakter yang hendak kita terapkan secara nasional tidak membebani kurikulum yang ada saat ini.
-- Fasli Jalal
Wakil Menteri Pendidikan Nasional, Fasli Jalal di Jakarta, Selasa (31/8/2010), mengatakan pendidikan karakter yang didorong pemerintah untuk dilaksanakan di sekolah-sekolah tidak akan membebani guru dan siswa. Sebab, hal-hal yang terkandung dalam pendidikan karakter sebenarnya sudah ada dalam kurikulum, namun selama ini tidak dikedepankan dan diajarkan secara tersurat.

Greysia Polii

Bulu Tangkis adalah Panggilan Hidup Saya
Selasa, 31 Agustus 2010 | 02:37 WIB
Pengantar Redaksi
Inilah pemain bulu tangkis yang kini banyak penggemarnya di Tanah Air, Greysia Polii. Setiap kali bertanding, atlet spesialis ganda putri ini selalu memperlihatkan semangatnya dengan mengejar ke mana pun arah shuttlecock, termasuk kalau harus meraihnya dengan menjatuhkan diri.
Penampilannya tak hanya ekspresif di lapangan, tetapi juga di luar lapangan. Salah satunya ketika Greysia melakukan victory lap sambil membawa bendera Merah Putih di Istora Senayan, Jakarta, saat Indonesia melawan Jerman di semifinal Piala Uber 2008.
Gayanya yang gaul, cool, dan lepas memang berbeda dengan atlet bulu tangkis biasa. Tak heran kalau Greysia pun punya banyak penggemar. Apalagi, pemain berdarah Manado ini juga cukup eksis di dunia maya melalui situs jejaring sosial Facebook dan Twitter.
Setelah gagal tampil di Olimpiade Beijing 2008, Greysia kini tengah membidik untuk tampil di Olimpiade London 2012.
Sebagai pencinta bulu tangkis tentunya saya bangga dengan prestasi Anda. Sejauh mana regenerasi pemain timnas bulu tangkis saat ini? Apa yang menjadi target Anda selanjutnya setelah gagal membawa Piala Uber kembali ke Indonesia?

Mahasiswa UGM Tolak Parkir Bayar

Selasa, 31 Agustus 2010 | 11:58 WIB
Yogyakarta, Kompas - Mahasiswa Universitas Gadjah Mada yang menamakan diri Gerakan Tolak Komersialisasi Kampus atau Gertak UGM kembali berunjuk rasa. Namun, mereka gagal memberikan kain berisi tanda tangan dukungan petisi penolakan terhadap pemberlakuan kartu identitas kendaraan kepada rektor.
Lebih dari 100 mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dan Fakultas Ilmu Budaya berunjuk rasa di Balairung dengan membawa spanduk bertuliskan "Kami bukan sapi perah", "KIK: Kartu Izin Komersialisasi". "Identitas UGM sebagai kampus kerakyatan telah luntur," ujar koordinator Wisnu Prasetyo Utomo, Senin (30/8).
UGM dinilai lebih pentingkan keuntungan dan telah jadi kampus yang komersial dengan lahirnya beragam kebijakan seperti kartu identitas kendaraan (KIK). Ketika berunjuk rasa, mahasiswa mengeluhkan biaya kuliah yang terus naik, hotel dibangun, pedagang kaki lima digusur, dan tarif parkir yang segera diberlakukan dengan kebijakan KIK pada 2011.
Mahasiswa juga mengeluhkan tidak adanya transparansi dan akuntabilitas tentang penggunaan dana parkir. Menurut Wisnu, tidak ada korelasi antara penarikan tarif parkir dan keamanan kampus. Selanjutnya, mahasiswa menuntut pencabutan surat keputusan rektor tentang pemberlakuan KIK, menolak segala bentuk komersialisasi kampus, dan meminta pelibatan mahasiswa dalam pembuatan kebijakan kampus.

LETUSAN SINABUNG

Penyakit Muncul, Letusan Berlanjut
Selasa, 31 Agustus 2010 | 04:09 WIB
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
Warga Desa Beganding, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, mengabadikan Gunung Sinabung pada pukul 06.27 saat memuntahkan debu vulkanik berbentuk cendawan raksasa setinggi 2.000 meter, dengan sebaran abu mencapai radius sekitar 6 kilometer, Senin (30/8). Peristiwa itu tak membuat warga panik karena sebagian besar warga telah mengungsi sehari sebelumnya.
Kabanjahe, Kompas - Para pengungsi mulai terserang penyakit setelah dua hari berada di pengungsian. Sebanyak 2.477 dari 30.052 pengungsi diketahui terserang penyakit infeksi pernapasan atas, diare, dan iritasi mata.
Senin (30/8) pukul 06.23, Gunung Sinabung kembali meletus dan menyemburkan abu vulkanik hitam. Menurut Surono, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, ketinggian semburan debu dan asap hitam itu mencapai 2.000 meter dari puncak Gunung Sinabung dan abunya tersebar dalam radius sekitar 6 kilometer. ”Oleh sebab itu, warga di radius itu sebaiknya mengungsi dulu,” katanya.
Letusan Sinabung memaksa semua penerbangan dari Bandara Polonia, Medan, menuju bandara-bandara kecil di wilayah Provinsi Sumatera Utara ditutup sejak Sabtu.

Minggu, 29 Agustus 2010

Cerita Motivasi

Cerita Motivasi: Hidup, Semangat dan Perjuangan

sepedamotor
Ketika dalam perjalanan pulang setelah mengikuti kegiatan rutin, di samping kiri aku melihat seorang bapak mengendarai sepeda motor dengan gerobak disampingnya. Nampaknya dia sudah selesai berjualan dan hendak pulang.
Awalnya, aku tidak peduli….sampai aku melihat sesuatu yang menurutku ganjil.

Cerita Motivasi

Cinta Ayah

cinta ayah cerita motivasi 
Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, anak perempuan yang sedang bekerja diperantauan, anak perempuan yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri, anak perempuan yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya…..akan sering merasa kangen sekali dengan ibunya.

Lalu bagaimana dengan Ayah?

Jumat, 27 Agustus 2010

Tugas X1 dan X2

SABTU, 28 AGUSTUS 2010

TUGAS MANDIRI TERSTRUKTUR



Saat Pilpres, Warga Pontianak Ramai-Ramai Cari Air Bersih

Ketika warga masyarakat di seluruh tanah air berbondong-bondong ke tempat pemungutan suara untuk mengikuti pemilihan umum presiden, sebagian warga kota Pontianak, Kalimantan Barat, justru ramai-ramai mencari air bersih di Perusahaan Daerah Air Minum Kota Pontianak. Pemantauan Kompas, warga yang antri di booster PDAM di kawasan Stadion Sultan Syarif Abdurrahman Alqakdrie, Pontianak, tidak hanya sekadar mengambil air dengan menggunakan jerigen, tetapi juga membawa wadah plastik berbagai ukuran. Di tempat itu telah disediakan lebih dari 10 keran air untuk melayani warga yang datang mengambil air bersih. Warga yang datang tidak hanya mengangkut air dengan menggunakan sepeda motor atau gerobak dorong, tetapi juga menggunakan berbagai jenis mobil. Tidak kurang dari 20 mobil yang antre air pada Senin pagi. Sementara pada sore hari, warga yang  antre air lebih banyak lagi. Beberapa warga mengungkapkan, mereka terpaksa mengambil air di booster-booster karena sudah tidak ada persediaan air bersih lagi di rumah. “Kami sudah sepekan tidak mendapatkan air bersih lagi dari PDAM kota Pontianak. Sekarang, hampir tiap hari saya datang ke sini untuk mengambil air dengan sepeda motor. Untuk mencuci, saya langsung di sini,” ungkap Ayu, warga Parit H. Husien II, Pontianak.



Berdasarkan artikel di atas, jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!

Minggu, 22 Agustus 2010

Karya Ilmiah

RINGKASAN
Penerapan Pemanfaatan Sabuk Pengaman dan Bangul Ergonomis
dalam Pemetikan Bunga Cengkeh untuk Meningkatkan Produktivitas Kerja Petani Pemetik Bunga Cengkeh di Bali

Oleh
Gede Ardiantara (NIM. 0714011004)
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Pendidikan Ganesha

Tulisan ini ingin menyumbangkan ide tentang solusi untuk pemecahan masalah tidak tepatnya waktu pemetikan bunga cengkeh yang mengakibatkan pada berkurangnya kualitas bunga cengkeh yang dihasilkan dan kurangnya kesadaran petani pemetik bunga cengkeh akan pentingnya keselamatan dan keamanan kerja yang menyebabkan selalu saja setiap musim panen berlangsung terdapat petani pemetik bunga cengkeh yang mengalami kecelakaan kerja, seperti patah tulang tangan, patah tulang kaki, keseleo, dan bahkan ada yang sampai meninggal dunia. Kedua masalah tersebut tentunya akan bermuara pada menurunnya produktivitas kerja dari petani pemetik bunga cengkeh itu sendiri. Penurunan produktivitas kerja ini ditandai dengan tidak tercapainya luaran yang maksimal, yang merupakan sesuatu yang mutlak untuk diperlukan demi kesejahteraan masyarakat.