Senin, 08 November 2010

FILOSOFI ASKETISME

APAKAH ada orang jujur sekarang ini?  Apakah ada orang yang mengajarkan kesederhanaan? Apakah ada orang yang selalu ingin mengatakan kebenaran? Tidak mudah menjawab siapakah pemiliik paham asketisme yang sejati.  Tidak ada, kalau kita bicara dalam konteks kesempurnaan manusia.  Tapi mungkin ada ketika kita bicara personifikasi sosok seperti yang menjadi pertanyaan di atas. Oh ya, asketisme adalah paham yang mengajarkan kesederhanaan, kebenaran dan kejujuran.
Di dunia ini, tak banyak tokoh yang bisa menjadi contoh dan panutan saat kita bicara tentang kesederhanaan, kebenaran dan kejujuran.  Dalam deretan kenabian, mungkin kita bisa menyorongkan nama Yesus, Muhammad, atau Budha Gautama sebagai sosok yang selaras dan segaris dengan kebenaran, kejujuran dan kesederhanaan tadi. Merekalah yang akhirnya menjadikan tiga pijakan kemanusiaan itu sebagai dasar ajaran yang mereka sebarkan.
Sosok lain yang bisa dijadikan panutan adalah Mahatma Gandhi dari India. Dia bukan nabi, bukan malaikat, bukan pemilik kebenaran mutlak. Dia manusia biasa yang memilih menjadi sederhana, jujur dan berusaha memaknai kebenaran dengan benar. Mungkin pernah salah, mungkin pernah tidak jujur dan mungkin juga pernah tidak melakukan kebenaran. Tapi dalam perjalanan waktu, inilah sosok yang berusaha melintas batas perbedaan dengan melakukan kebaikan yang sesungguhnya.
Kita? Saya dan Anda? Masihkah menjadi makhluk hedonis yang bangga dengan kebendaan yang kita miliki? Bukankah kita selalu menganalogikan kesuksesan dan kehebatan dengan seberapa  banyak benda yang kita miliki? Bukankah kita selalu melihat kekuatan dengan seberapa rupiah, dollar, real, poundsterling yang kita miliki? Tanpa itu semua, kita adalah orang lemah, orang marginal dan orang yang yang tidak sukses?
Filosofi Asketisme menjungkirbalikan itu semua. Kesederhanaan bukan berarti kita harus jadi gembel, tapi  bisa melihat orang lain sebagai satu manusia sederajat, siapapun dan bagaimanapun dia. Kejujuran bukan berarti kita harus jadi pendeta, ustads atau rahib. Kejujuran secara sederhana adalah ketika kita tidak menginjak dan bisa melayani orang lain. Sementara kebenaran adalah saat kita menjadi diri kita sendiri. Asketime-kah kita? 

Dikutip dari: http://moer.multiply.com/journal/item/116

Tidak ada komentar:

Posting Komentar