Senin, 08 November 2010

FILOSOFI SOL SEPATU

Anda punya sepatu? Terserah apapun mereknya. Tapi bagaimana rasanya bila sepatu yang murah, mahal, dan sangat mahal yang Anda punya itu sol sepatunya mulai aus, berlubang atau menipis? Masihkah terasa nyaman? Masihkah tetap terasa berharga ratusan ribu atau malah puluhan juta? Saya jamin tidak!
Sol sepatu posisinya memang paling bawah, tidak kelihatan kalau diperlukan. Sol sepatu juga tidak bisa pamer, apakah dibuat dari kulit yang mahal atau murah. Sol sepatu seolah hanya menjadi pelengkap dari satu merek yang mungkin terkenal atau mungkin tidak terkenal sama sekali.  Tapi, tanpa sol sepatu, dijamin kaki Anda bisa lecet, jalan terseok-seok, atau kalau pun nekat, sepatu itu tetap terasa ada yang kurang dan tidak nyaman. Jadi, jangan remehkan sol sepatu.
Apakah Anda bawahan yang paling bawah? Ataukah Anda seorang atasan yang tidak pernah melihat ke bawah? Jangan pernah menganggap orang bawah bahkan yang paling bawah itu tidak penting. Jangan pernah menganggap orang bawah itu seperti kerikil yang menyelip di sela-sela jari kaki dan buru-buru kudu disingkarkan.
Mereka –para bawahan dan orang yang dibawahkan—justru menjadi pondasi dari satu bangunan  yang disebut kemanusiaan.  Jika tidak disiapkan dengan kokoh, bangunan itu bisa roboh.  Sayangnya, kadang-kadang kita memilih merobohkan bangunan lama dan membangun bangunan baru. Padahal, toh mereka selalu butuh pondasi yang kuat untuk berdiri tegak.
Pernahkah kita memperhatikan, sol sepatu yang biasa kita pakai [mungkin malah setiap hari] menjadi pondasi kita untuk berjalan nyaman, menapak mantap dan tak membuat lecet-lecet. Kalau tidak, mari kita sama-sama mengingatkan, jadilah orang yang selalu merawat sol sepatu itu.
Filosofinya sederhana, jangan pernah meremehkan siapapun yang seolah berada di bawah kita.  Jangan sampai bangunan kemanusiaan itu roboh karena kita selalu menganggap remeh pondasinya. Sederhana bukan?

Dikutip dari: http://moer.multiply.com/journal/item/114

Tidak ada komentar:

Posting Komentar